Program Tapera Generasi sandwich—kelompok usia produktif yang harus menanggung beban ekonomi dua generasi sekaligus, yaitu orang tua dan anak—menjadi salah satu tantangan sosial-ekonomi terbesar di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, sekitar 71 juta orang Indonesia termasuk dalam kategori ini. Fenomena ini diperburuk dengan tingginya harga properti dan rendahnya daya beli masyarakat. Dalam konteks ini, program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) digadang-gadang sebagai solusi untuk membantu generasi sandwich memiliki rumah. Namun, apakah program ini benar-benar efektif?

Apa Itu Tapera?
Tapera adalah program pemerintah yang dirancang untuk membantu masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah dan menengah, dalam memiliki rumah. Melalui Tapera, peserta diwajibkan menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung dalam skema perumahan. Dana yang terkumpul kemudian dapat digunakan untuk pembelian rumah pertama, renovasi, atau pembangunan rumah. Program ini diharapkan dapat mengurangi backlog perumahan yang mencapai 1 juta unit pada 2022, dengan 93% di antaranya dialami oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan mayoritas bekerja di sektor informal .
Potensi Tapera untuk Generasi Sandwich
Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian Maritim Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Septriana Tangkary, menyebutkan bahwa program Tapera dapat membantu generasi sandwich memiliki rumah impian. Menurutnya, program ini memberikan peluang bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah hingga menengah untuk menabung dan secara bertahap memiliki rumah .
Tapera menawarkan tiga skema pembiayaan perumahan:
- Kredit Pemilikan Rumah (KPR): Untuk membeli rumah pertama dengan plafon kredit sesuai kelompok penghasilan dan zonasi, tenor maksimal 30 tahun, dan uang muka (DP) 0%.
- Kredit Pembangunan Rumah (KBR): Untuk membangun rumah pertama di atas tanah milik sendiri atau pasangan, plafon kredit sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan kelompok penghasilan, tenor maksimal 15 tahun.
- Kredit Renovasi Rumah (KRR): Untuk merenovasi rumah pertama milik sendiri atau pasangan, plafon kredit sesuai RAB dan kelompok penghasilan, tenor maksimal 5 tahun .
Dengan skema ini, generasi sandwich memiliki kesempatan untuk memiliki rumah tanpa harus mengeluarkan biaya besar di awal.

Tantangan dan Kendala
Meskipun Tapera menawarkan solusi, terdapat beberapa tantangan dalam implementasinya:
- Kesadaran dan Sosialisasi yang Rendah: Banyak masyarakat, terutama yang bekerja di sektor informal, belum memahami atau mengetahui tentang program Tapera. Sosialisasi yang kurang intensif menjadi kendala utama dalam partisipasi masyarakat
- Fleksibilitas untuk Pekerja Informal: Sebagian besar generasi sandwich bekerja di sektor informal dengan pendapatan yang tidak tetap. Program Tapera perlu menyesuaikan mekanismenya agar dapat diakses oleh pekerja informal .
- Kepercayaan terhadap Pengelolaan Dana: Masyarakat perlu diyakinkan bahwa dana yang mereka tabung dalam Tapera akan dikelola dengan transparan dan aman. Kasus-kasus sebelumnya, seperti Jiwasraya, menimbulkan keraguan masyarakat terhadap pengelolaan dana publik .
- Prioritas Kebutuhan Lain: Generasi sandwich sering kali harus mengutamakan kebutuhan mendesak lainnya, seperti pendidikan anak dan kesehatan orang tua, sehingga menabung untuk rumah menjadi prioritas kedua. Hal ini membuat mereka enggan untuk berpartisipasi dalam program Tapera.

Kesimpulan
Program Tapera memiliki potensi untuk membantu generasi sandwich memiliki rumah, namun efektivitasnya sangat bergantung pada implementasi yang tepat. Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, terutama yang bekerja di sektor informal, agar mereka memahami manfaat dan cara mengikuti program ini. Selain itu, pengelolaan dana yang transparan dan akuntabel akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program ini. Dengan langkah-langkah tersebut, Tapera dapat menjadi solusi nyata bagi generasi sandwich untuk memiliki rumah impian mereka.